Pengertian Toxic Positivity
Berbagiruang.com – Belakangan ini, kata “Toxic Positivity” banyak kita dengar dan menjadi perbincangan di media sosial. Lalu, apa sih sebenarnya arti dari istilah satu ini?
Toxic Positivity sendiri dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir positif dan menolak emosi negatif.
Selalu positif thinking dan berperilaku positif memang baik. Namun, jika dilakukan secara berlebihan disertai dengan adanya reaksi penolakan emosi negatif maka dampaknya bisa jadi sebaliknya, alias buruk bagi kesehatan mentalmu lho.
Sebagai manusia biasa, reaksi negatif seperti marah, sedih, cemburu, dan kecewa sangatlah lumrah. Alih-alih menutupinya dan “pura-pura bahagia”, tidak ada salahnya kok kita jujur pada diri sendiri dan mengekspresikan emosi negatif tersebut. Ingat! Asal tidak berlebihan ya!
Memendam emosi tersebut justru akan membuat jiwa kita tertekan. Alhasil, seperti ada banyak beban yang kita pendam. Dengan mengekspresikannya, orang-orang jadi lebih tahu dan mengenal dirimu. Kamu pun juga bisa jadi lebih lega.
Penyangkala emosi negatif yang dilakukan terus menerus justru akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan dalam jangka panjang lho. Contohnya, bisa menimbulkan stres berat, cemas atau sedih yang berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat terlarang, depresi, dan PTSD.
Ciri-ciri Toxic Positivity
Setelah kita membahas pengertian Toxic Positivity, selanjutnya kita akan membahas beberapa karakteristik Toxic Positivity ini. Diantaranya adalah :
- Muncul melalui ucapan. Seseorang yang terkena Toxic Positivity biasanya akan selalu melontarkan petuah yang berkesan positif. Namun, sebenarnya ia tengah merasakan emosi yang negatif.
- Menyembunyikan perasaan aslinya.
- Cenderung menghindari atau membiarkan suatu masalah.
- Kesulitan mengatur emosi.
- Tidak jujur terhadap diri sendiri.
- Memiliki perasaan bersalah ketika mengungkapkan emosi negatif tersebut.
- Mencoba memberikan semangat pada orang lain. Namun, terkadang malah terkesan meremehkan keadaan.
- Sering mengucapkan kalimat yang membandingkan diri sendiri atau seseorang dengan orang lain.
- Melontarkan kalimat yang menyalahkan orang yang sedang tertimpa masalah.
Mengucapkan kalimat positif memang terkadang dimaksudkan untuk menguatkan diri sendiri dan sebagai rasa simpati terhadap masalah yang tengah dihadapi oleh orang lain. Namun, hal tersebut juga ada batasnya. Jangan mengabaikan emosi positif tersebut. Merasakan emosi negatif sangatlah wajar.
Toxic Positivity ini selain merugikan diri sendiri, juga akan merugikan orang sekitarmu lho. Orang-orang sekitarmu juga mungkin bisa menjauhimu lantaran merasa tidak nyaman dengan ucapan dan perilakumu yang “terlalu positif”.
Selain dari ucapan, media sosial juga dapat memicu Toxic Positivity. Tanpa disadari, media sosial juga membuat orang-orang saling berlomba untuk menunjukkan sisi terbaik kehidupan mereka. Sekaligus menyangkal hal-hal negatif yang tak sesuai dengan keinginan.
Ketika kita melihat orang lain yang hidupnya sempurna. Kita bisa jadi lebih mudah sedih dan terpuruk. Bahkan, saat sedih pun kita selalu berusaha menutupinya di media sosial. Penyangkalan emosi negatif ini merupakan salah satu karakteristik terbesar dari Toxic Positivity.
Dampak Akibat Toxic Positivity
Setelah membahas pengertian Toxic Positivity dan juga karakteristiknya. Sekarang, kita akan lanjut membahas tentang beberapa dampak yang bisa ditimbulkan akibat terlalu sering memendam dan menutupi emosi negatif ini dengan emosi positif.
-
Dapat memicu stress
Toxic Positivity membuat seseorang cenderung “memikirkan terlalu banyak hal” sebelum mulai mengekspresikan dirinya. Sebisa mungkin, ia selalu menutupi emosi negatifnya tersebut. Hal ini akan membuat seseorang menjadi overthinking karena berbagai pemikiran-pemikiran rumitnya. Hal ini dapat memicu stres berlebihan yang berakibat buruk pada kesehatan mental dan fisik orang tersebut.
-
Menimbulkan anxiety
Anxiety atau kecemasan ini juga bisa timbul akibat adanya tekanan untuk selalu positif dan mengabaikan emosi negatif. Orang yang mengalami Toxic Positivity cenderung selalu merasa gelisah dan was-was. Di dalam pikirannya, ia selalu saja takut kalau-kalau ia tidak dapat menampilkan yang terbaik atau kalau ia sampai melakukan kesalahan hingga mengekspresikan emosinya.
-
Muncul perasaan tidak bahagia
Jika kamu tidak jujur pada dirimu sendiri, maka setiap saat akan ada perasaan yang mengganjal di hati. Hal ini diakibatkan lantaran ada banyak sekali unek-unek yang dipendam. Akhirnya seseorang menjadi tidak bahagia.
-
Merasa paling benar
Orang-orang yang memiliki kecenderungan Toxic Positivity ini memiliki kecenderungan untuk dianggap sebagai sosok positif di lingkup pergaulannya. Hal ini membuatnya merasa jadi orang yang paling benar. Dia akan selalu mencari pembenaran akan segala hal yang dilakukannya. Ia cenderung meremehkan sesuatu, keras kepala dan menampik kenyataan demi selalu membenarkan apa yang ia anggap benar.
-
Dijauhi orang sekitar
Banyak orang yang tidak nyaman dengan sifat terlalu positif sehingga mengabaikan perasaan negatif dan cenderung mengabaikan kondisi sekitar ini. Kamu juga tidak bisa menunjukkan sifat aslimu sehingga kamu cenderung lebih suka “menahan” dan tidak dapat mengekspresikan dirimu apa adanya. Akibatnya, kamu juga jadi lebih sulit untuk bersosialisasi.
Cara Menghindari Toxic Positivity
Nah, berikut ini ada beberapa tips untukmu agar dapat menghindari Toxic Positivity ini.
-
Ekspresikan emosi negatif
Cara pertama, adalah dengan mengakui dan mengekspresikan emosi negatif yang kamu rasakan. Jujur dan berceritalah pada orang lain tentang keluh kesahmu. Pastikan orang tersebut merupakan orang terpercaya yang dapat memahami perasaanmu.
Kalau kamu merasa malu atau kurang nyaman, kamu bisa menuliskan hal ini di buku harian atau website personal.
-
Cobalah untuk memahami, bukan menghakimi
Suatu perasaan negatif dapat muncul karena beberapa kondisi, terutama kondisi-kondisi yang tak diinginkan. Tidak semua orang memiliki kondisi yang sama. Jadi, berhentilah menyamaratakan setiap keadaan. Sebagai ganti, cobalah untuk lebih memahami situasi yang terjadi.
Jika temanmu sedang berkeluh kesah, biarkan ia meluapkan segala unek-uneknya. Cobalah berempati dengannya dibandingkan dengan memberikan komentar yang terkesan judgmental. Setiap orang pasti tidak ingin dihakimi, apalagi jika semata-mata karena ia jujur dengan perasaannya sendiri.
-
Hindari membanding-bandingkan masalah
Setiap orang pastinya memiliki masalah dan tantangan yang berbeda. Apa yang kamu anggap mudah belum tentu mudah juga bagi orang lain. Jadi, berhenti membandingkan ya.
-
Kurangi penggunaan dengan media sosial
Media sosial merupakan salah satu sarana penyebaran informasi dan hiburan yang baik. Hanya saja, terkadang media sosial juga dapat memicu dan memperparah Toxic Positivity yang dialami oleh seseorang. Alangkah baiknya kamu mengurangi interaksi dengan media sosial dan menyingkirkan orang-orang yang selalu membuat postingan kurang bermanfaat yang dapat semakin memprovokasi.
Nah, itulah beberapa pengertian Toxic Positivity, karakteristiknya, dampak, dan juga cara menghindari Toxic Positivity ini.
Yuk, mulai jujur pada diri sendiri dan jangan takut untuk mengekspresikan dirimu sendiri. Emosi negatif itu ada untuk diekspresikan bukan disangkal. Biarkan orang lain tahu apa yang kamu rasakan. Alih-alih menutupinya, lebih baik kamu mengatakannya. Asal dengan porsi yang sewajarnya.
Sekian pembahasan kali ini. Semoga artikel diatas bermanfaat bagi Anda.